Jumat, 05 November 2010

text TEXT SIZE :  
Share
Fetra Hariandja - Okezone
Foto: Istimewa
PERAN serta klub buat perkembangan bulutangkis di Indonesia tak bisa dianggap remeh. Bisa dibilang hampir seluruh pemain yang bergabung dengan pelatnas PBSI selama ini berasal dari klub-klub bulutangkis yang ada di Indonesia.

Biasanya, pemain yang terpilih masuk ke Pelatnas Pratama adalah pemain yang memiliki poin dan peringkat bagus yang dihitung dari hasil rangkaian seri Turnamen Nasional seperti Kejurnas, Sirnas, dan tentunya swasta nasional lainnya. Pada ajang itulah pemain-pemain muda dari klub beradu kemampuan demi mewujudkan mimpi untuk masuk ke Pelatnas.

Untuk Pelatnas Utama, biasanya tempat yang lowong karena sistem degradasi akan diisi pemain dari Pelatnas Pratama yang dinilai sudah memiliki kemampuan untuk naik kelas ke Pelatnas Utama. Ada kalanya untuk masuk ke Pelatnas, pemain tak melewati jalur Kejurnas atau Pelatnas Pratama. Biasanya pemain yang diambil melalui jalan pintas ini memiliki karir dan sudah cukup berprestasi.

Meski ada dua jalur yang berbeda, mereka semua berasal dari klub. Hampir tak pernah terjadi pemain yang benar-benar mandiri tanpa klub bisa menembus Pelatnas, mengingat ketatnya persaingan yang ada saat ini. Hal ini membuktikan betapa pentingnya peran klub dalam menyuplai pemain untuk mengisi tempat di pelatnas.

Bangsa Indnesia memiliki sederet klub bulutangkis. Dari semua klub yang ada, PB Djarum bisa dibilang paling konsisten dalam melakukan pembinaan pemain. Selain memiliki fasilitas modern untuk pembinaan, PB Djarum juga rajin mengirim anak didiknya mengikuti turnamen, baik di dalam maupun luar negeri.

Umumnya, pemain yang bergabung di klub lain harus datang dan mendaftar ke bila ingin menjadi terdaftar sebagai atlet binaan. Namun PB Djarum juga memiliki cara lain berupa audisi dan pemain yang lolos audisi diberi beasiswa untuk berlatih dan tinggal di asrama dengan standar terjamin. Para atlet PB Djarum juga memiliki kesempatan mengikuti turnamen dalam negeri maupun luar negeri.

“Proses pengiriman pemain kami wajib memperhatikan level dan jenis turnamen. Bila pemilihan tersebut tepat, pemain akan keluar ‘nyali bertandingnya. Bila mental bertanding sudah tumbuh, tahap berikutnya adalah mengirim pemain ke turnamen yang levelnya lebih tinggi. Harapannya tentu mengembangkan kemampuan pemain,” jelas Ketua PB Djarum, Yoppy Rosimin dalam rilis yang diterima okezone, Kamis (4/11/2010).

Menurut Yoppy, ada beberapa jenis kejuaraan yang menjadi incaran. Pertama, kejuaraan untuk mencari poin penting agar ranking pemain mencukupi untuk bertarung pada kejuaraan tertentu. Kedua, kejuaraan yang dipakai untuk menguji kemampuan bertanding pemain. Ketiga, kejuaraan elit dan pilihan yang bergengsi.

Saat ini, beberapa pemain PB Djarum menghuni Pelatnas PBSI. Salah satu diantaranya adalah Dionysius Hayom Rumbaka. Sejak awal 2010, pemain tunggal putra ini masuk ke Pelatnas utama Utama tanpa melewati Pelatnas Pratama. Hayom dinilai memiliki bakat bagus dan menunjukkan prestasi sebelum bergabung dengan Pelatnas.

Prestasi terakhir Hayom adalah menembus final turnamen Indonesia Gold Grand Prix di Samarinda, Oktober 2010,  sebelum akhirnya takluk di tangan Taufik Hidayat.

Selain Hayom, pemain PB Djarum lain yang masih tergabung dalam Pelatnas adalah peraih perunggu Olimpiade 2008, Maria Kristin. Juga ada M Ahsan, Fran Kurniawan, Tontowi Ahmad, Meiliana Jauhari dan Shendy Puspa Irawati.

“Di klub saya mendapat pengalaman berharga, diantaranya pengalaman bertanding, baik di dalam maupun luar negeri. Dan pengalaman tersebut menjadi salah satu hal yang berguna ketika ditarik masuk ke Pelatnas,” ungkap Fran, yang kini bermain di nomor ganda campuran bersama Pia Zebadiah.

Sementara jebolan PB Djarum yang pernah bergabung dengan Pelatnas dan memiliki prestasi dunia seperti Liem Swie King (tiga kali juara All England), Alan Budikusuma (peraih emas Olimpiade 1992), lalu seperti Eddy Hartono/Rudy Gunawan, Ardy B.W, Sigit Budiarto, Hariyanto Arbi, Ivana Lie, Minarti Timur dan masih banyak lagi lainnya.

“Sebetulnya komitmen kami dari dulu tak pernah berubah, yaitu mencari dan membina pemain-pemain berbakat. Kalaupun dinilai bagus dan diminta untuk bergabung dengan pelatnas, kami akan melepasnya. Pembinaan yang kami lakukan ini tujuannya demi membawa kejayaan bulutangkis Indonesia,” kata Yoppy lagi.

“Sudah sejak lama klub memang punya kontribusi yang cukup besar buat PBSI. Ada hubungan timbal balik antara dua pihak. Ke depan, saya berharap hubungan ini tetap bisa berjalan secara positif,” kata Ivana Lie, eks pemain Djarum dan tim nasional yang sekarang menjadi staf ahli Menpora.

Selain PB Djarum, klub-klub lain yang juga seringkali menyumbangkan pemainnya untuk pelatnas PBSI adalah Tangkas Alfamart Jakarta, klub Ricky Subagdja/Rexy Mainaky (juara Olimpiade 1996), Nova Widianto/Lilyana Natsir (juara dunia 2005 dan 2007).

Kemudian Jaya Raya Jakarta klub Markis Kido/Hendra Setiawan (juara Olimpiade 2008 dan juara dunia 2007), Candra Wijaya/Tony Gunawan (juara Olimpiade 2000), SGS Bandung klub Taufik Hidayat (juara Olimpiade 2004 dan juara dunia 2005), atau Suryanaga  klub Sony Dwi Kuncoro (peraih perak Olimpiade 2004).

Kasubid Pelatnas PBSI, Christian Hadinata, mengingatkan bergabung dengan pelatnas PBSI bukanlah target akhir dari pemain. Justru masuknya seorang pemain ke pelatnas adalah awal dari perjuangan untuk meraih prestasi.

“Salah kalau pemain sudah puas ketika dirinya terpilih masuk ke pelatnas. Disini bukan tujuan akhir dari pemain. Justru di pelatnas inilah pemain harus berlatih lebih keras untuk mendapatkan prestasi tertinggi,” tegas Christian.(fmh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar